KEPERAWATAN KOMUNITAS SKRINING KESEHATAN
Selamat datang di blog aku.
Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan:
Bentuk mScreening
TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS
SKRINING KESEHATAN
Di susun
oleh :
AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA WACANA METRO
T.A 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puja
dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kita masih diberikan sehat iman dan islam, salawat serta
salam semoga selalu tercurahkan pada nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari zaman jahiliah sampai zaman modernisasi seperti saat ini.
Do’a
dan harapan penulis lakukan agar apa yang dicita-citakan dapat diraih dengan
hasil yang memuaskan dan selalu diridhai ALLAH SWT, berbagai macam rintangan
dan halangan selalu terjadi ketika penyusunan makalah ini dibuat, namun
alhamdulilah atas segala usaha yang senantiasa diiringi oleh do’a, akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan untuk prasyarat proses kelulusan penulis,
Penulis
sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam bentuk materi
maupun itu dalam tata cara penulisan, maka dari itu penulis senantiasa mohon
kritikan yang bersifat membangun dalam tata cara pembuatan makalah ini.
Metro, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................... ........... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.
Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.
Dasar Pemikiran........................................................................................ 2
C.
Tujuan........................................................................................................ 2
D.
Sasaran...................................................................................................... 2
E.
Prinsip
Pelaksanaan................................................................................... 3
F.
Macam-macam
Screening.......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN SCREENING........................................................... 5
A.
Pengertian
Screening................................................................................. 5
B.
Tujuan Screening....................................................................................... 5
C.
Bentuk Screening...................................................................................... 5
D.
Syarat Screening........................................................................................ 6
E.
Kriteria Program
Screening....................................................................... 6
F.
Pelaksanaan
Screening.............................................................................. 7
G.
Hasil Evaluasi
Screening........................................................................... 7
H.
Contoh Screening...................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sejauh ini kita telah memfokuskan pada metode untuk meneliti masalah
kesehatan komunitas dan mengkaji resiko kesehatan pada populasi. Dalam bab ini
kita mendiskusikan skrining, suatu metode pencegahan sekunder. Skrining adalah
suatu upaya untuk mendeteksi penyakit yang tak di kenali atau praklinis di
antara individu. Tes skrining tidak di maksudkan sebagai diagnostik. Di mana
tujuan mengenali individu yang berpotensi tinggi menderita (akan menderita)
penyakit tertentu secara cepat dan ekonomis, sehingga mereka dapat di rujuk
untuk mendapatkan diagnostik dan pengobatan definitif.
Skrining merupakan metode yang lebih sekedar mengenali kelompok yang
beresiko terkena penyakit, metode ini mengenali individu secara nyata menderita
penyakit. Skrining mengandung komitmen etik untuk kelangsungan pelayanan
terhadap individu tersebut dan memberikan pelayanan diagnostik serta
pengobatan.
Screening
adalah Proses yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit yang
tidak diketahui/tidak terdeteksi dengan menggunakan berbagai test atau uji yang dapat diterapkan secara tepat dalam sebuah skala yang
besar.
Uji Tapis
atau Screening adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak
melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat
memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang mungkin
tidak menderita penyakit.
Uji tapis
bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang
sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan
intensif agar tidak menular.
Screening
pada umumnya bukan merupakan uji diagnostic dan oleh karenanya memerlukan
penelitian follow-up yang cepat dan pengobatan yang tepat pula.
B.
DASAR PEMIKIRAN
a.
Yang diketahui dari gambaran
spectrum penyakit hanya sebagian kecil saja sehingga dapat diumpamakan sebagai
puncak gunung es sedangkan sebagian besar masih tersamar.
b.
Diagnosis dini dan pengobatan secara
tuntas memudahkan kesembuhan.
c.
Biasanya penderita datang mencari
mencari pengobatan setelah timbul gejala atau penyakit telah berada dalam
stadium lanjut hingga pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak dapat
disembuhkan lagi.
d.
Penderita tanpa gejala mempunyai
potensi untuk menularkan penyakit.
C.
TUJUAN
1.
Deteksi dini penyakit tanpa gejala
atau dengan gejala tidak khas terdapat pada orang yang tampak sehat,tapi
mungkin menderita penyakit (population risk)
2.
Dengan ditemukannya penderita tanpa
gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas hingga mudah disembuhkan
dan tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya dan tidak menjadi sumber
penularan hingga epidemic dapat dihindari.
D. SASARAN
Sasaran utama Uji tapi adalah:
Penderita penyakit Kronis
Sasaran utama Uji tapi adalah:
Penderita penyakit Kronis
a.
Infeksi bakteri ( Lepra,TBC, dan
lain lain)
b.
Infeksi Virus (hepatitis)
c.
Penyakit non infeksi:
-
Hipertensi
-
Diabetus miletus
-
Penyakit jantung
-
Karsinoma serviks
-
Prostate
-
Glaukoma
d.
AIDS
E. PRINSIP
PELAKSANAAN
Proses Uji
tapis terdiri dari dua tahap:
1.
Melakukan pemeriksaan terhadap
kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit dan
bila hasil test negative maka dianggap orang tersbut tidak menderita penyakit.
2.
Bila hasil positif maka dilakukan
pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa
pemeriksaan laborat atau radiologist misalnya:
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa
pemeriksaan laborat atau radiologist misalnya:
1.
Pemeriksan gula darah
2.
Pemeriksaan radiology utk uji tapis TBC
Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan:
1. Dengan
cepat dapat memilah sasaran untuk periksan lebih lanjut
2. Tidak
mahal
3. Mudah dilakukan
oleh petugas kesehatan
4. Tidak
membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa
F. MACAM-MACAM
SCREENNG
1.
Penyaringan Massal (Mass Screening),
yaitu Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan
2.
Penyaringan Multiple, yaitu
penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji penyaringan
pada saat yang sama.
3.
Penyaringan yang Ditargetka,
penyaringan yg dilakukan pada kelompok – kelompok yang terkena paparan yang
spesifik. Contoh: Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan
Timbal.
4.
Penyaringan Oportunistik, yaitu
penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita penderita yang
berkonsultasi kepada praktisi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN SCREENING
A. Pengertian Screening
Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk
mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan
atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin
menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.
Latar belakang sehingga screening ini dilakukan yaitu karena
hal berikut ini:
1.
Banyaknya kejadain penomena gunung es (Ice Berg Phenomen).
2.
sebagai langkah pencegahan khususnya Early diagnosis dan
prompt treatment.
3.
Banyaknya penyakit yang tanpa gejala klinis.
4.
Penderita mencari pengobatan setelah studi lanjut.
5.
Penderita tanpa gjl mempunyai potensi untuk menularkan
penyakit.
B.
Tujuan Screening
1.
Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapi nya
2.
Mencegah meluasnya penyakit
3.
Mendidik masyarakat melakukan general check up
4.
Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit
(waspada mulai dini)
5.
Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi
C.
Bentuk Screening
1.
Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat
tertentu
2.
Selective screening adalah screening secara selektif
berdasarkan kriteria tertentu, contoh pemeriksaan ca paru pada perokok;
pemeriksaan ca servik pada wanita yang sudah menikah
3.
Single disease screening adalah screening yang dilakukan
untuk satu jenis penyakit
4.
Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk
lebih dari satu jenis penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas
D.
Syarat screening
1.
masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting (morbiditas
& mortalitas )
2.
Prevalensi penyakit cukup tinggi, kalau prevalensi rendah
nilai pred +, rendah
3.
Harus ada cara skrining yang cocok (sederhana, murah &
aman)
4.
Harus ada fasilitas Dx dan pengobatan yang efektif untuk
kasus yang positif
5.
Faham riwayat alamiah penyakit
E.
Kriteria Program Screening
1.
Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas
2.
Tersedia obat potensial untuk terapi nya
3.
Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya
nya
4.
Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus
5.
Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas
6.
Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh
masyarakat
7.
Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti
8.
Ada SOP tentang penyakit tersebut
9.
Biaya screening harus seimbang (lebih rendah) dengan resiko biaya
bila tanpa screening
10. Penemuan kasus terus menerus
Contoh Screening
" Mammografi
untuk mendeteksi ca mammae
" Pap smear
untuk mendeteksi ca cervix
" Pemeriksaan
Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
" Pemeriksaan
reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
" Pemeriksaan
urine untuk mendeteksi kehamilan
" Pemeriksaan
EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner
F. Pelaksanaan screening
Proses pelaksanaan sceening adalah :
Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit.
" Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.
" Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2
Tahap 2 : pemeriksaan diagnostik
" Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan.
" Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik).
Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit.
" Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.
" Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2
Tahap 2 : pemeriksaan diagnostik
" Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan.
" Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik).
G.
Hasil evaluasi screening
1. Validitas
·
Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk
memisahkan mereka yang benar sakit terhadap yang sehat
·
Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam
keadaan yang sebenarnya (sehat atau sakit)
·
Validitas berguna karena biaya screening lebih murah
daripada test diagnostic
Komponen Validitas
Komponen Validitas
·
Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar
menempatkan mereka yang positif betul-betul sakit
·
Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar
menempatkan mereka yang negatif betul-betul tidak sakit
Rumus
Sensitivitas: TP / (TP + FN)
Sensitivitas: TP / (TP + FN)
Spesivisitas: TN / (TN + FP)
Contoh Soal
Hitung berapa sensitivitas dan spesivisitas test diatas?
Hitung berapa sensitivitas dan spesivisitas test diatas?
2.
Reliabilitas
Reliabilitas adalah kemampuan suatu test memberikan hasil
yang sama/ konsisten bila test diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang
sama dan kondisi yang sama.
Ada 2 faktor yg mempengaruhi:
1.
Variasi cara screening: stabilitas alat; fluktuasi keadaan (demam)
2.
Kesalahan/perbedaan pengamat: pengamat beda/ pengamat sama
dengan hasil beda
Upaya Meningkatkan Reliabilitas
ü Pembakuan/standarisasi cara
screening
ü Peningkatan ketrampilan pengamat
ü Pengamatan yg cermat pada setiap
nilai pengamatan
ü Menggunakan dua atau lebih
pengamatan untuk setiap pengamatan
ü Memperbesar klasifikasi kategori
yang ada, terutama bila kondisi penyakit juga bervariasi/ bertingkat
Bentuk mScreening
" Screening
Seri adalah screening yang dilakukan 2 kali penyaringan dan hasilnya dinyatakan
positif jika hasil kedua penyaringan tersebut positif
" Bentuk
screening seri akan menghasilkan positive palsu rendah, negative palsu meningkat
" Screenig
paralel adalah screening yang dilakukan 2 kali penyaringan dan hasilnya
dinyatakan positif jika hasil salah satu hasil penyaringan adalah positive
" Bentuk
screening paralel akan menghasilkan positive palsu meningkat; negative palsu
lebih rendah
Predictive Value
Predictive Value
" Nilai
Prediktif adalah besarnya kemungkinan sakit terhadap suatu hasil tes
" Nilai
prediktif positive adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes positive yang
benar benar sakit
" Nilai
prediktif negative adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes negative yang
benar benar tidak sakit
PPV: TP / (TP + FP)
NPV: TN / (TN + FN)
3.
Derajat Screening (Yied)
Yied adalah kemungkinan menjaring
mereka yang sakit tanpa gejala melalui screening, sehingga dapat ditegakan
diagnosis pasti serta pengobatan dini
Faktor yg mempengaruhi:
1.
Derajat sensitivitas tes
2.
Prevalensi penyakit
3.
Frekuensi penyaringan
4.
Konsep sehat masyarakat sehari-hari
Sreening Untuk mendeteksi tanda dan
gejala penyakit secara dini dan menemukan penyakit sebelum menimbulkan gejala
dapat dilakukan dengan cara berikut :
1.
Deteksi tanda dan gejala dini
Untuk dapat mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini
dibutuhkan pengetahuan tentang tanda dan gejala tersebut yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan dan masyarakat. Dengan cara demikian, timbulnya kasus baru
dapat segera diketahui dan diberikan pengobatan. Biasanya penderita datang
untuk mencari pengobatan setelah penyakit menimbulkan gejala dan mengganggu
kegiatan sehari-hari yang berarti penyakit telah berada dalam stadium lanjut.
Hal ini disebabkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan penderita.
2.
Penemuan kasus sebelum menimbulkan gejala
Penemuan kasus ini dapat dilakukan dengan mengadakan
screening terhadap orang-orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita
penyakit. Diagnosis dan pengobatan penyakit yang diperoleh dari penderita yang
datang untuk mencari pengobatan setelah timbul gejala relatif sedikit sekali
dibandingkan dengan penderita tanpa gejala. Tujuan screening adalah untuk
mengidentifikasi penyakit yang tanpa gejala, atau faktor risiko untuk penyakit,
dengan melakukan suatu uji pada suatu kelompok populasi yang belum berkembang
menjadi gejala-gejala klinis. Sreening test biasanya dan biasanya berusaha
untuk mengidentifikasi sebagian kecil individu yang berisiko tinggi untuk
kondisi tertentu. Secara garis besar, screening adalah cara untuk
mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan
atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin
menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.
H. Contoh screening beserta alat yang digunakan
1.
Mammografi dan Termografi
Untuk mendeteksi ca mammae. Kadangkala dokter-dokter juga
menganjurkan penggunaan dari screening magnetic resonance imaging (MRI) pada
wanita-wanita lebih muda dengan jaringan payudara yang padat.
2.
Pap smear
Pap smear merupakan kepanjangan dari Papanicolau test. Tes
ini ditemukan oleh Georgios Papanikolaou. Tes ini merupakan tes yang digunakan
untuk melakukan skrening terhadap adanya proses keganasan (kanker) pada daerah
leher rahim (servik). Peralatan yang digunakan yaitu; spatula/sikat halus,
spekulum, kaca benda, dan mikroskop. Mengapa perlu skrening? Kanker leher rahim
merupakan kanker yang paling sering dijumpai pada wanita setelah kanker
payudara. Kanker ini termasuk penyebab kematian terbanyak akibat kanker. Secara
internasional setiap tahun terdiagnosa 500.000 kasus baru. Seperti halnya
kanker yang lain, deteksi dini merupakan kunci keberhasilan terapi, semakin
awal diketahui, dalam artian masih dalam stadium yang tidak begitu tinggi atau
bahkan baru pada tahap displasia atau prekanker, maka penanganan dan
kemungkinan sembuhnya jauh lebih besar. Meskipun sekarang ini sensitivitas dari
pap smear ini ramai diperdebatkan dalam skrening kanker leher rahim, Pap smear
ini merupakan pemeriksaan non invasif yang cukup spesifik dan sensitif untuk
mendeteksi adanya perubahan pada sel-sel di leher rahim sejak dini, apalagi
bila dilakukan secara teratur. Cervicography dan tes HPV DNA diusulkan sebagai
metode alternatif bagi skrening kanker leher rahim ini, karena kombinasi antara
pap smear dan cervicography atau tes HPV DNA memberikan sensitivitas yang lebih
tinggi dibanding pap smear saja. Siapa saja yang perlu melakukan pap smear?
Pada umumnya seorang wanita disarankan untuk melakukan pap smear untuk pertama
kali kira-kira 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual yang pertama kali.
American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) merekomendasikan pap
smear dilakukan setiap tahun bagi wanita yang berumur 21-29 tahun, dan setiap
2-3 tahun sekali bagi wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dengan catatan
hasil pap testnya negatif 3 kali berturut-turut. Namun apabila seorang wanita
mempunyai faktor resiko terkena kanker leher rahim (misalnya : hasil pap smear
menunjukkan prekanker,terkena infeksi HIV, atau pada saat hamil ibu
mengkonsumsi diethylstilbestrol (DES) maka pap smear dilakukan setiap tahun
tanpa memandang umur. Batasan seorang wanita untuk berhenti melakukan pap smear
menurut American Cancer Society (ACS) adalah apabila sudah berumur 70 tahun dan
hasil pap smear negatif 3 kali berturut-turut selama 10 tahun.
3.
Sphygmomanometer dan Stetoscope
Untuk mendeteksi hipertensi. Risiko hipertensi (tekanan
darah tinggi) meningkat seiring bertambahnya usia, berat badan dan gaya hidup.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi yang cukup parah tanpa ada
gejala sebelumnya. Tekanan darah tinggi juga dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Tekanan darah
normal adalah kurang dari 120/80. Tekanan darah cukup tinggi adalah 140/90 atau
lebih. Dan tekanan darah di antara kedua nilai tersebut disebut prehipertensi.
Seberapa sering tekanan darah harus diperiksa tergantung pada seberapa tinggi
nilainya dan apa faktor-faktor risiko lainnya yang dimiliki.
4.
Photometer
Merupakan alat untuk memeriksa kadar gula darah melalui tes
darah. Mula-mula darah diambil menggunakan alat khusus yang ditusukkan ke jari.
Darah yang menetes keluar diletakkan pada suatu strip khusus. Strip tersebut
mengandung zat kimia tertentu yang dapat bereaksi dengan zat gula yang terdapat
dalam darah. Setelah beberapa lama, strip tersebut akan mengering dan
menunjukkan warna tertentu. Warna yang dihasilkan dibandingkan dengan deret
(skala) warna yang dapat menunjukkan kadar glukosa dalam darah tersebut. Tes
ini dilakukan sesudah puasa (minimal selama 10 jam) dan 2 jam sesudah makan.
5.
Plano Test
Untuk mendeteksi kehamilan (memeriksa kadar HCG dalam darah)
6.
EKG (Elektrokardiogram)
Untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner.
7.
Pita Ukur LILA
Untuk mendeteksi apakah seorang ibu hamil menderita
kekurangan gizi atau tidak dan apakah nantinya akan melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR) atau tidak.
8.
X-ray, pemeriksaan sputum BTA
Untuk mendeteksi penyakit TBC
9.
Pemeriksaan fisik Head to Toe
Untuk mendeteksi adanya keadaan
abnormal pada ibu hamil.
10.
Rectal toucher
Yang dilakukan oleh dokter untuk
mendeteksi adanya 'cancer prostat'. Tes skrining mampu mendeteksi kanker
ini sebelum gejala-gejalanya semakin berkembang, sehingga
pengobatan/treatmennya menjadi lebih efektif. Pria dengan resiko tinggi
terhadap kanker prostat adalah pria usia 40 tahunan.
11.
Pervasive Developmental Disorders Screening Test PDDST – II
PDDST-II adalah salah satu alat skrening yang telah
dikembangkan oleh Siegel B. dari Pervasive Developmental Disorders Clinic and
Laboratory, Amerika Serikat sejak tahun 1997. Perangkat ini banyak digunakan di
berbagai pusat terapi gangguan perliaku di dunia. Beberapa penelitian
menunjukkan hasil yang cukup baik sebagai alat bantu diagnosis atau skrening
Autis. Skrening dilakukan pada umur 12-18 bulan : Apakah bayi anda sering
terlihat bosan atau tidak berminat terhadap pembicaraan atau suatu aktivitas di
sekitarnya? Apakah anak anda sering mengerjakan suatu pekerjaan atau bermain
dengan suatu benda, yang dilakukannya berulang-ulang dalam waktu yang lama,
sehingga anda merasa heran mengapa anak seumurnya dapat berkonsentrasi sangat
baik? Apakah anda memperhatikan bahwa anak anda dapat sangat awas terhadap
suara tertentu misalnya iklan di TV, tetapi seperti tidak mendengar suara lain
yang sama kerasnya, bahkan tidak menoleh bila dipanggil? Apakah anda merasa
bahwa perkembangan anak (selain perkembangan kemampuan berbicara) agak lambat
(misalnya terlambat berjalan)? Apakah anak anda hanya bermain dengan satu atau
dua mainan yang disukainya saja hampir sepanjang waktunya, atau tidak berminat
terhadap mainan? Apakah anak anda sangat menyukai maraba suatu benda secara
aneh, misalnya meraba-raba berbagai tekstur seperti karpet atau sutera? Apakah
ada seseorang yang menyatakan kekuatiran bahwa anak anda mungkin mengalami
gangguan pendengaran? Apakah anak anda senang memperhatikan dan bermain
dengan jari-jarinya? Apakah anak anda belum dapat atau tidak dapat menyatakan
keinginannya, baik dengan menggunakan kata-kata atau dengan menunjuk
menggunakan jarinya? Skrening pada umur 18-24 bulan : Apakah anak anda
tampaknya tidak berminat untuk belajar bicara? Apakah anak anda seperti tidak
mempunyai rasa takut terhadap benda atau binatang yang berbahaya? Bila anda
mencoba menarik perhatiannya, apakah kadang-kadang anda merasa bahwa ia
menghindari menatap mata anda? Apakah anak anda suka digelitik dan berlari
bersama, tetapi tidak menyukai bermain "ciluk-ba" Apakah ia
pernah mengalami saat-saat ia menjadi kurang berminat terhadap mainan? Apakah
ia menghindari atau tidak menyukai boneka atau mainan berbulu? Apakah ia tidak
suka bermain dengan boneka atau mainan berbulu? Apakah ia terpesona pada
sesuatu yang bergerak, misalnya membuka-buka halaman buku, menuang pasir,
memutar roda mobil-mobilan atau memperhatikan gerakan air? Apakah anda
merasa bahwa kadang-kadang anak anda tidak peduli apakah anda berada atau tidak
ada di sekitarnya? Apakah kadang-kadang suasana hatinya berubah tiba-tiba tanpa
alasan yang jelas? Apakah ia mengalami kesulitan untuk bermain dengan mainan
baru, walaupun setelah terbiasa ia dapat bermain dengan mainan tersebut? Apakah
ia pernah berhenti menggunakan mimik yang sudah pernah dikuasainya, seperti
melambaikan tangan untuk menyatakan da-dah, mencium pipi, atau menggoyangkan
kepala untuk menyatakan tidak? Apakah anak anda sering melambaikan tangan ke
atas dan ke bawah di samping atau di depan tubuhnya seperti melambai-lambai
bila merasa senang? Apakah anak anda menangis bila anda pergi, tetapi seperti
tidak peduli saat anda datang kembali? Penafsiran : Bila ada 3 atau lebih
jawaban "Ya" untuk nomor ganjil di antara semua pertanyaan tersebut,
anak harus diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ia mengalami autisme.
Bila ada 3 atau lebih jawaban "Ya" untuk nomor genap di antara semua
pertanyaan tersebut, anak harus diperiksa apakah ia mengalami gangguan
perkembangan selain autisme.
12.
CHAT (Checklist Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan)
Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk skreening (uji
tapis) pada penyandang autism sejak usia 18 bulan sering dipakai di adalah CHAT
(Checklist Autism in Toddlers). CHAT dikembangkan di Inggris dan telah
digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000 balita. Pertanyaan berjumlah 14
buah meliputi aspek-aspek : imitation, pretend play, and joint attention.
BAGIAN A. Alo - anamnesis (keterangan yang ditanyakan dokter dan diberikan oleh
orang tua atau orang lain yang biasa mengasuhnya) Senang diayun-ayun atau
diguncang guncang naik-turun (bounced) di lutut ? Tertarik (memperhatilan) anak
lain ? Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat tangga ? Bisa bermain
cilukba, petak umpet? Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh
menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko, atau permainan lain ? Pernah
menunjuk atau menerima sesuatu dengan menunjukkan jari ? Pernah menggunakan
jari untuk menunjuk ke sesuatu agar anda melihat ke sana ? Dapat bermain dengan
mainan yang kecil (mobil mainan atau balok-balok) ? Pernah memberikan suatu
benda untuk menunjukkan sesuatu ? BAGIAN B. Pengamatan Selama pemeriksaan
apakah anak menatap (kontak mata dengan) pemeriksa ? Usahakan menarik perhatian
anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan pemeriksaan sambil
mengatakan : "Lihat, itu. Ada bola (atau mainan lain)" Perhatikan
mata anak, apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk. Bukan melihat tangan
pemeriksa Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan
teko. Katakan pada anak anda : "Apakah kamu bisa membuatkan secangkir susu
untuk mama ?" Diharapkan anak seolah-olah membuat minuman, mengaduk,
menuang, meminum. Atau anak mampu bermain seolah-olah menghidangkan makanan,
minuman, bercocok tanam, menyapu, mengepel dll. Tanyakan pada anak : "
Coba tunjukkan mana 'anu' (nama benda yang dikenal anak dan ada disekitar
kita). Apakah anak menunjukkan dengan jarinya ? Atau sambil menatap wajah anda
ketika menunjuk ke suatu benda ? Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok
menjadi suatu menara ? Interpretasi : Risiko tinggi menderita autis : bila
tidak bisa melakukan A5, A7, B2, B3, dan B4. Risiko kecil menderita autis :
tidak bisa melakukan A7 dan B4. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : tidak
bisa melakukan >3. Dalam batas normal : tidak bisa melakukan <3 .="" span="">3>
13.
Audio Gram dan Typanogram
Untuk mendeteksi adanya kelainan atau gangguan pendengaran
14.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CAT Scans (Computer Assited Axial Tomography)
Sangat menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur otak,
karena dapat melihat struktur otak secara lebih detail.
15. Optalmoskop dan Tonometer
Pemeriksaan syaraf optik dengan alat optalmoskop,
pemeriksaan tekanan mata dengan tonometer, jika perlu pemeriksaan lapang
pandangan. Penyakit mata ini akan merusak saraf optik dan dapat menyebabkan
kebutaan. Hilangnya penglihatan timbul bahkan sebelum orang tersebut menyadari
gejala-gejalanya. Tes skrining glukoma mencari tekanan tinggi abnormal di dalam
mata, untuk mencegahnya sebelum terjadi kerusakan pada saraf optik Tes skrining
glukoma berdasarkan umur dan faktor resiko lainnya dilakukan setiap 2-4 tahun
untuk umur kurang dari 40 tahun, untuk usia 40-45 tahun dilakukan skrining tiap
1-3 tahun, usia 55-64 tahun skrining tiap 1-2 tahun, dan untuk usia 65 tahun ke
atas setiap 6-12 bulan.
16.
Penapisan (skrining) premarital
Amat penting dilakukan guna mengetahui "status"
kesehatan yang sebenarnya dari pasangan yang akan menikah. Tujuan dilakukannya
pemeriksaan premarital untuk mendeteksi dan mengobati jika ada penyakit yang
belum terdeteksi sebelumnya, mencegah penularan penyakit yang dapat
mempengaruhi seperti siflis, rubella, kelainan hemoglobin, hepatitis B dan
HIV/AIDS. Skrining mendeteksi dan mencegah timbulnya penyakit yang diturunkan
(genetik) seperti penyakit thalassemia, sickle cell anemia (anemia set sabit),
dan penyakit Tay-Sachs. Kelainan fertilitas juga dapat diketahui. Di beberapa
negara seperti Spanyol, Portugal, Italia, Taiwan, Turki, Mesir dan Brazil telah
menerapkan pemeriksaan kesehatan premarital secara rutin untuk membantu
identifikasi dan mencegah pernikahan yang berisiko.Pemeriksaan
laboratorium premarital Beberapa pemeriksaan yang umum dilakukan sebelum
menikah antara lain hematologi rutin, golongan darah dan rhesus, profil TORCH,
hepatitis B, dan VDRL/RPR. Mari kita membahas dua diantaranya, pemeriksaan
hematologi (darah rutin) dan golongan darah ABO dan Rhesus. Hematologi
(Pemeriksaan darah rutin) Salah satu manfaat pemeriksaan ini adalah untuk
mengetahui adanya kelainan darah seperti anemia, leukemia dan thalassemia.
Thalassemia dapat menyebabkan masalah fisik yang serius serta memerlukan biaya
yang cukup besar. Sebagai pemeriksaan awat thalassemia dilihat nilai mean
corpuscular volume (MCV) sel darah merah untuk mengidentifikasi apakah carrier
atau bukan. Golongan darah ABO dan Rhesus. Golongan darah Rhesus (Rh) pertama
kali ditemukan oteh Karl Landsteiner dan Alexander S.Weiner tahun 1937. Berbeda
dengan golongan darah sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen
A dan B, sedangkan pada Rh faktor golongan darah ditentukan oteh antigen Rh (dikenal
juga dengan antigen D). Jika hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan tidak
memiliki antigen Rh, maka ia memiliki Rh negatif (Rh-), sebaliknya bita
ditemukan antigen Rh, maka ia memiliki Rh positif (Rh+). Masalah perbedaan
Rhesus terutama jika ibu berdarah Rh negatif, sedangkan suami berdarah Rh
positif. Masalah ini biasanya terjadi pada perkawinan antar bangsa dan
perbedaan rhesus akan menimbulkan masalah kesehatan terutama pada janin. Jika
janin memiliki Rh (+) maka antigen tersebut akan masuk ke peredaran darah ibu
melalui plasenta, yang menyebabkan tubuh ibu memproduksi antibodi (antirhesus).
Melalui plasenta juga, antirhesus ini akan melakukan serangan balik ke dalam
peredaran darah janin, sehingga merusak sel darah merah janin. Pada kehamilan
pertama, antirhesus mungkin hanya akan menyebabkan bayi lahir kuning (karena
proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang menyebabkan warna
kuning pada kulit). Tetapi pada kehamilan kedua, masalah bisa menjadi fatal
jika anak kedua juga memiliki rhesus positif. Saat itu kadar antirhesus ibu
sedemikian tinggi, sehingga daya rusaknya terhadap sel darah merah bayi juga
hebat, yang dapat menyebabkan janin mengalami keguguran atau mengalami
pembengkakan (eritroblastosis fetalis) yang mengancam nyawa janin. Jika sebelum
hamil ibu sudah mengetahui rhesus darahnya, masalah kelainan kehamilan ini bisa
dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
*
Inggris Komite Nasional Screening. Kriteria untuk menilai viabilitas,
efektivitas dan ketepatan program screening. 2009. Terakhir diakses 22 April
2009.
* Undian, Angela E., dan J. A. Muir Gray. Skrining - Bukti dan praktek. Oxford University Press, 2007.
* Undian, Angela E., dan J. A. Muir Gray. Skrining - Bukti dan praktek. Oxford University Press, 2007.
*
Kesehatan Pengetahuan Interaktif Pembelajaran Modul di Skrining oleh undian
Angela. Terakhir diakses 18 Januari 2010.
1.
^ Http://emedicine.medscape.com/article/773832-overview # aw2aab6b5
2.
^ Buku Lengkap Kesehatan Pria. Pria Kesehatan Buku. Rodale Buku. 2000. ISBN
1579542980, 9781579542986.
3.
^ Wilson JMG, Jungner G. (1968) Prinsip-prinsip dan praktek skrining untuk
penyakit (pdf besar). WHO Chronicle Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia. 22
(11): 473. Kesehatan Masyarakat Makalah, # 34.
iperoleh
dari "http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Screening_
(obat) & oldid = 473291169"
Comments
Post a Comment
komentarmu akan aku terima, terimakasih.